Kamis, 09 Juni 2011

PERAN TV DALAM MEMPROMOSIKAN TEMPAT PARIWISATA,DAN SENI KEBUDAYAAN DI ACEH

Media televisi yang bersifat audio visual memiliki pengaruh sangat besar terhadap jiwa pemirsa utamanya anak karena gambar yang ditayangkan terlihat hidup seolah nyata. Berbeda dengan sifat radio yang hanya audio dan media cetak yang hanya terlihat (visual). Pakar komunikasi Onong Uchyana Effendi dalam buknya "Dimensi-Dimensi Komunikasi," (1986) menyebutkan, televisi merupakan paduan radio (broadcast) dan film (moving picture). Pada TV ada unsur radio dan unsur film. Televisi memiliki daya tarik yang kuat meski TV lebih merupakan medium komunikasi massa seperti halnya radio.
Di negara kita TVRI dimulai pada 17 Agustus 1962 dengan studio sederhana di kompleks Senayan Jakarta. Dibandingkan negara maju seperti AS, Inggris, Australia, Jepang dan negara lain di Eropa, Indonesia termasuk baru tapi dibanding Malaysia dan Singapura, Indonesia sudah terlebih dahulu. Lahir-nya TV tidak disambut hangat oleh semua kalangan sebab TV memukul dunia perfilman apalagi TV tidak hanya mampu memutar film tapi juga berita, musik, pendidikan, ceramah, dan sebagainya.

Kehadiran TV juga telah mempengaruhi kehidupan masyarakat secara umum. Prof Dr R Mar'at (Unpad) mengatakan acara TV umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan penonton, mengakibatkan penonton terharu, terpesona atau latah dan melakukan peniruan yang negatif. Maka yang perlu dilakukan adalah bagaimana caranya supaya terjadi peniruan yang positif. Sementara pakar Hukum Komunikasi, Prof A Muis dalam bukunya "Jurnalistik Hukum Komunikasi Massa, Menjangkau Era Cybercommunication Milenium Ketiga," (1999), menulis, menghubungkan sistem media massa dengan kebudayaan berarti kita berurusan dengan dua sisi, kebudayaan dan dengan dua sisi komunikasi antar manusia (human communication), yakni fungsi dan peranan nilai budaya terhadap komunikasi pada satu sisi dan pada sisi lain fungsi dan peranan komunikasi dalam pelestarian nilai budaya maupun dalam transformasi sosial atau pergeseran nilai budaya. Kebudayaan dan komunikasi adalah dua sisi kehidupan manusia yang tidak dapat dipisahkan.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) disebutkan media massa diberi tugas, kewajiban atau fungsi formal untuk melestarikan nilai budaya bangsa Indonesia. Menurut beliau dalam kaitan media massa ini perlu dibuat strategi dan politik budaya yang baru, yang memungkinkan terpeliharanya masyarakat dari polusi rohani dan polusi budaya yang ditimbulkan oleh kemajuan media massa yaitu dengan cara mengembangkan peraturan perundang-undangan di bidang media massa termasuk menggiatkan lembaga peradilan dan pembuatan/penyempurnaan undang-undang. Cara lain ialah mengembangkan kegiatan lembaga swadaya masyarakat dalam bidang dakwah atau pendidikan non formal yang materinya ialah melawan media massa yang mengandung polusi rohani dan polusi kebudayaan. TV beorientasi pada etika konsumsi dengan memprogram acara-acaranya sepenuhnya untuk memenuhi selera khalayak demi mengundang pengiklan. Tetapi pengaturan-pengaturan politik sebenarnya lebih berperan menjauhkan jarak antara realitas empirik dengan realitas media (televisi).
Berorientasinya televisi ke media hiburan membuktikan bahwa kebudayaan tidak selalu dapat direkayasa menurut desain dari atas. Dalam hal televisi swasta, dinamika ekonomi ternyata lebih menentukan dalam membentuk suatu kebudayaan. Mekanisme ekonomi telah mendinamisasi televisi dalam menampilkan sosok budayanya, baik secara organisasi (cara bagaimana perusahaan itu dikelola), maupun secara institusional (nilai-nilai yang dianut, karakter program acara yang diproduksi, sifat-sifat hubungannya dengan institusi lain). Di sisi lain, khalayak masyarakat industri telah ikut memberi sumbangan bagi terbentuknya sosok budaya televisi melalui selera massalnya.
Aceh yang dulunya dikenal dengan Daerah Istimewa Aceh dan kemudian menjadi Nanggroe Aceh Darussalam, merupakan provinsi yang terletak dibagian barat Indonesia. Setelah perjuangan yang besar, kini aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri.Aceh merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeulue. Kini semua itu hanyalah tinggal kenangan, rakyat aceh kembali bangkit demi menempuh perjalan hidup. Untuk memperingati musibah tersebut, dibangunlah sebuah Museum Tsunami Aceh, yang terletak di ibu kota Aceh yaitu Banda Aceh.
Dalam rangka memperkenalkan sejarah dan kebudayaan aceh, pada tahun ini Aceh menggelar Visit Banda Aceh Year 2011. Gubernur Irwandi memang sangat gigih dalam mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Aceh baik dalam skala nasional maupun international. Terbukti semakin banyaknya sanggar-sanggar kebudayaan yang dibina untuk kemudian di berikan kesempatan berlaga di kancah international.

Ibu kota Aceh yaitu Banda Aceh memiliki objek wisata tersendiri yang patut dikunjungi untuk mengenal sejarah dan budaya aceh. Objek wisata tersebut antara lain:

1. Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh

Masjid ini merupakan saksi bisu sejarah Aceh, terletak di pusat kota Banda Aceh dan merupakan kebanggaan masyarakat Aceh. Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.

2. Pinto Khop

Dibangun Pada masa Pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Pinto Khop merupakan pintu penghubung antara Istana dan Taman Putroe Phang. Pinto Khop ini merupakan pintu gerbang berbentuk kubah. Pintu Khop ini merupakan tempat beristirahat Putri Phang, setelah lelah berenang, letaknya tidak jauh dari Gunongan, disanalah dayang-dayang membasuh rambut sang permaisuri.
Disana juga terdapat kolam untuk sang permaisuri mandi bunga. Ditempat itu pula oleh Sultan dibangun sebuah perpustakaan dan menjadi tempat sang permaisuri serta Sultan menghabiskan waktu sambil membaca buku selepas berenang, keramas dan mandi bunga.



3. Gunongan

Gunongan merupakan simbol dan kekuatan cinta Sultan Iskandar Muda kepada permaisurinya yang cantik jelita, Putri Phang (Putroe Phang) yang berasal dari Pahang, Malaysia. Alkisah, Putroe Phang sering merasa kesepian di tengah kesibukan sang suami sebagai kepala pemerintahan. Ia selalu teringat dengan kampung halamannya di Pahang. Untuk membahagiakan sang permaisuri, ia membangun sebuah gunung kecil (Gunongan) sebagai miniatur perbukitan yang mengelilingi istana Putroe Phang di Pahang. Setelah Gunongan selesai dibangun, betapa bahagianya sang permaisuri. Hari-harinya banyak dihabiskan dengan bermain bersama dayang-dayang di sekitar Gunongan, sambil memanjatinya. Gunongan terletak di Jalan Teuku Umara berhadapan dengan lokasi perkuburan serdadu Belanda (Kerkoff). Bangunan ini didirikan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) pada abad ke-17. Bangunan Gunongan tidak terlalu besar, bersegi enam, berbentuk seperti bunga dan bertingkat tiga dengan tingkat utamanya sebuah mahkota tiang yang berdiri tegak. Pada dindingnya ada sebuah pintu masuk berukuran rendah yang selalu dalam keadaan terkunci. Dari lorong pintu itu ada sebuah tangga menuju ke tingkat tiga Gunongan.


4.Kapal Apung Lampulo

Tempat ini tetap dipertahankan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh untuk mengenang Musibah Tsunami yang melanda Kota Banda Aceh. Sebuah kapal yang terbawa Gelombang Tsunami dan terdampar di perumahan penduduk di kawasan Gampong Lampulo Kecamatan KutaAlam.

5.Makam Sultan Iskandar Muda

Sultan Iskandar Muda merupakan tokoh penting dalam sejarah Aceh. Aceh pernah mengalami masa kejayaan, kala Sultan memerintah di Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636 ia mampu menempatkan kerajaan Islam Aceh di peringkat kelima di antara kerajaan terbesar Islam di dunia pada abad ke 16. Saat itu Banda Aceh yang merupakan pusat Kerajaan Aceh, menjadi kawasan bandar perniagaan yang ramai karena berhubungan dagang dengan dunia internasional, terutama kawasan Nusantara di mana Selat Malaka merupakan jalur lalu lintas pelayaran kapal-kapal niaga asing untuk mengangkut hasil bumi Asia ke Eropa.
Beliau bisa bertindak adil, bahkan terhadap anak kandungnya. Dikisahkan, Sultan memiliki dua orang putera/puteri. Salah satunya bernama Meurah Pupok yang gemar pacuan kuda.Tetapi buruk laku Meurah, dia tertangkap basah sedang berselingkuh dengan isteri orang. Yang menangkap sang suami, di rumahnya sendiri pula. Sang suami mencabut rencong, ditusukkannya ke tubuh sang isteri yang serong. Sang suami kemudian melaporkan langsung kepada Sultan, dan setelah itu di depan rajanya sang suami kemudian berharakiri (bunuh diri) Sultan, yang oleh rakyatnya di hormati bijaksana dan adil,jadi barang Meurah Pupok disusulnya di gelanggang pacuan kuda dan dipancungnya (dibunuh) sendiri di depan umum. Maka timbullah ucapan kebanggaan orang Aceh: Adat bak Po Temeuruhoom, Hukom bak Syiah Kuala. Adat dipelihara Sultan Iskandar Muda, sedang pelaksanaan hukum atau agama di bawah pertimbangan Syiah Kuala. Murah Pupok dikuburkan di kompleks pekuburan tentara Belanda yang terkenal dengan nama "KerKhoff Peutjoet".

6.Gerbang Peutjoet Kerkoff

Kerkoff berasal dari bahasa Belanda yang berarti kuburan, sedangkan Peutjoet atau asal kata dari Pocut (putra kesayangan) Sultan Iskandar Muda yang dihukum oleh ayahnya sendiri (Sultan Iskandar Muda) karena melakukan kesalahan fatal dan dimakamkan di tengah-tengan perkuburan ini.

7.Mesjid Baiturrahim Ulee Lheu

Masjid Baiturrahim ini merupakan satu-satunya bangunan dipinggir Pantai Ulee Lheue yang berdiri kokoh pada saat Tsunami menerjang Kota Banda Aceh, sementara bangunan lain yang berada di sekitarnya luluh lantak di hantam Gelombang Tsunami pada hari minggu tanggal 24 Desember 2004.


8.Kuburan Massal Ulee Lheu
Situs wisata ini terletak di Jalan Sultan Iskandar Muda dan sebelum Tsunami merupakan Rumah Sakit Umum Meuraxa, namun ketika Tsunami melanda Kota Banda Aceh Rumah Sakit tersebut rusak parah dan halamannya dijadikan pemakaman massal bagi korban Tsunami sedangkan untuk Rumah Sakit Meuraxa sendiri direlokasi ke Desa Mibo Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh.
8. Kapal PLTD Apung

Dikarenakan banyak menara transmisi listrik dari Sumatera Utara ke Aceh ditebang oleh pihak-pihak pemberontak pada masa konflik maka masalah kekurangan listrik di Banda Aceh menjadi sangat krusial sehingga PLN menempatkan Kapal Generator Listrik untuk mensuplai kebutuhan listrik di Banda Aceh melalui jalur laut. Pada hari minggu pagi tanggal 26 Desember 2004, gelombang Tsunami menghempas Kapal tersebut sejauh lebih kurang 3KM dari pesisir pantai. Dikarenakan banyak objek akibat Tsunami seperti perumahan penduduk yang hancur telah dibangun kembali, maka Kapal besar di tengah kampung ini sangat membantu untuk mendapatkan gambaran betapa dahsyatnya Tsunami tersebut.

9. Replika Pesawat Seulawah RI 1 di Blang Padang

Pesawat Seulawah yang dikenal RI-1 dan RI-2 merupakan bukti nyata dukungan yang diberikan masyarakat Aceh dalam proses perjalanan Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya, Pesawat Seulawah yang menjadi cikal bakal Maskapai Garuda Indonesia Airways disumbangkan melalui pengumpulan harta pribadi masyarakat dan saudagar aceh sehingga Presiden Soekarno menyebut "Daerah Aceh adalah Daerah Modal bagi Republik Indonesia, dan melalui perjuangan rakyat aceh seluruh Wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali". Pesawat Seulawah dibeli dengan harga US$120.000 dengan kurs pada saat itu atau kira-kira 25 Kg emas dan untuk mengenang jasa masyarakat aceh tersebut maka di buat replika pesawat seulawah yang berada di Lapangan Blang Padang Kecamatan Baiturrahman Banda Aceh.

10. Taman Sari

Taman Sari merupakan tempat bermain yang ramai dikunjungi oleh masyarakat dengan lokasi yang berada tidak jauh dari Mesjid Raya Kota Banda Aceh, Taman Sari merupakan salah satu tempat favorit di Kota Banda Aceh dengan fasilitas yang tersedia antara lain : mempunyai taman yang luas dan tertata rapi dengan aneka permainan gratis bagi anak-anak dan juga tersedia hot spot gratis sehingga setiap orang dapat mengakses internet serta di dukung oleh bangunan gedung untuk menunjang tempat ini sebagai pusat kegiatan masyarakat.


11. Taman Wisata Krueng Aceh

Sungai yang membelah Kota Banda Aceh ini merupakan salah satu sungai yang cukup bersih untuk dijadikan sebagai objek wisata dengan konsep panorama aliran sungai dengan suasana tenang dan nyaman untuk melepas kepenatan. Titik Lokasi Waterfront City di Kota Banda Aceh meliputi kawasan Gampong Keudah, Gampong Kuta Alam dan Kawasan Gampong Lamgugob, dengan sarana yang tersedia yaitu tempat rekreasi keluarga di titik Keudah dan Kuta Alam serta wisata air di jembatan lamnyong dan juga Sebagai pelengkap bagi pengunjung yang tidak hanya melepas kepenatan dapat memanfaatkan lokasi jogging track dekat jembatan Peunayong sebagai sarana olah raga ataupun tempat pembibitan benih tanaman di Kampung Bar.
Seperti halnya didaerah lain, Aceh juga mempunyai sebuah tarian adat yang telah turun menurun lamanya.Ini membuktikan bahwa masyarakat aceh selalu menjaga atas warisan yang telah di berikan oleh para leluhur. Biasanya tarian-tarian adat aceh sering kita lihat pada acara-acara resepsi, baik itu resepsi pernikahan maupun resepsi adat lainnya. Dalam rangka Visit Banda

Berbagai seni budaya kedunia luar, baik dari segi tarian, makanan dan budaya adat lainnya Seni budaya Aceh antara lain adalah sebagai berikut:

1. Saman
Tarian saman diciptakan dan dikembangkan oleh seorang tokoh Agama Islam bernama Syeh Saman. Syair saman dipergunakan bahasa Arab dan bahasa Aceh. Tarian ini tidak mempunyai iringan permainan, karena dengan gerakan-gerakan tangan dan syair yang dilagukan, telah membuat suasana menjadi gembira. Lagu-lagu (gerak-gerak tari) pada dasarnya adalah sama, yakni dengan tepukan tangan, tepukan dada dan tepukan di atas lutut, mengangkat keatas secara serempak.

2. Tari Likok Pulo Aceh

Tarian ini lahir sekitar tahun 1849, diciptakan oleh seorang Ulama tua berasal dari Arab, yang hanyut di laut dan terdampar di Pulo Aceh atau sering juga disebut Pulau (beras). Diadakan sesudah menanam padi atau sesudah, biasanya pertunjukan dilangsungkan pada malam hari bahkan jika tarian dipertandingkan berjalam semalam suntuk sampai pagi. Tarian dimainkan dengan posisi duduk bersimpuh, berbanjar bahu membahu. Seorang pemain utama yang disebut syeh berada di tengah-tengah pemain. Dua orang penabuh rapai berada dibelakang atau sisi kiri/kanan pemain. Sedangkan gerak tari hanya memfungsikan anggota tubuh bagian atas, badan, tangan dan kepala. Gerakan tari pada prinsipnya ialah gerakan olah tubuh, keterampilan, keseragaman/keserentakan dengan memfungsikan tangan sama-sama ke depan, kesamping kiri atau kanan, ke atas dan melingkar dari depan ke belakang, dengan tempo mula lambat hingga cepat.

3. Laweut
Laweut berasal dari kata Salawat, sanjungan yang ditujukan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. Sebelum sebutan laweut dipakai, pertama sekali disebut Akoon (seudati Inong). Laweut ditetapkan namanya pada Pekan Kebudayaan Aceh II/PKA II). Tarian ini berasal dari Pidie dan telah berkembang di seluruh Aceh. Gerak tari ini, yaitu penari dari arah kiri atas dan kanan atas dengan jalan gerakan barisan memasuki pentas dan langsung membuat komposisi berbanjar satu, menghadap penonton, memberi salam hormat dengan mengangkat kedua belah tangan di atas dada dan memulai tarian tersebut,

4. Tari Pho
Perkataan pho berasal dari kata peuba-e, peubae artinya meratoh atau meratap. Pho adalah panggilan/sebutan penghormatan dari rakyat/hamba kepada Yang Maha Kuasa yaitu Po Teu Allah. Bila raja yang sudah almarhum disebut Po Teumeureuhom. Tarian ini dibawakan oleh para wanita, dahulu biasanya dilakukan pada kematian orang besar dan raja-raja, didasarkan atas permohonan kepada Yang Maha Kuasa, mengeluarkan isi hati yang sedih karena ditimpa kemalangan atau meratap melahirkan kesedihan-kesedihan yang diiringi ratap tangis. Sejak berkembangnya agama Islam, tarian ini tidak lagi ditonjolkan pada waktu kematian, dan telah menjadi kesenian rakyat yang sering ditampilkan pada upacara-upacara adat.

5. Seudati
Sebelum adanya seudati, sudah ada kesenian yang seperti itu dinamakan retoih, atau saman, kemudian baru ditetapkan nama syahadati dan disingkat menjadi seudati. Pemain seudati terdiri dari 8 orang pemain dengan 2 orang anak syahi berperan sebagai vokalis, salah seorang diangkat sebagai syekh, yaitu pimpinan group seudati. Seudati tidak diiringi oleh instrument musik apapun. Irama dan tempo tarian, ditentukan oleh irama dan tempo dari lagu yang dibawakan pada beberapa adegan oleh petikan jari dan tepukan tangan ke dada serta hentakan kaki ke tanah. Tepukan dada memberikan suara seolah-olah ada sesuatu bahan logam di bagian dada atau perut yang dilengketkan sehingga bila dipukul mengeluarkan suara getar dan gema.
Masyarakat Aceh Utara sejak zaman dahulu hidup dibidang pertanian, perkebunan dan lainnya. Daerah Aceh Utara telah berkembang berbagai kesenian : seni tari, seni drama, seni sastra, sandiwara, seni ukur / pahat dan berbagai jenis kesenian lainnya. Tari Aceh diiringi dengan vokal suara dan ada kalanya dengan Rapai, Serune Kale, Canang. Seni tari di Aceh Utara sudah lama berkembang khususnya kesenian tradisional umumnya kesenian tradisional ini dilakukan pada malam hari maa bulan terang, setelah musim panen disawah selesai, biasanya semalam sampai pagi, jenis kesenian di Aceh Utara yang berkembang dan sangat di gemari :

Seudati / Saman.
Rapai Pasai.
Rapai Dabus.
Rapai Lahee.
Rapai Grimpheng.
Rapai Pulot.
Alue Tunjang.
Poh Kipah.
Biola Aceh.
Meurukon.
Sandiwara / Drama Aceh. Hikayat / Cerita Aceh.
TARI KREASI BARU

Tari kreasi ini merupakan tari ciptaan baru yang berpola pada tari tradisional, tari kreasi baru berkembang karena pengaruh luar dengan musik dan lagu modern yang terdapat melalui media TV dan elektronik lainnya yang berkembang saat ini. Bermacam tari kreasi baru ini seperti :

a.Ranup Lampuan.
b.Rampoe Aceh.
c.Pemulia Jame.
d.Tarek Pukat.
e. Limong Sikarang.
f. Ramphak Dua.
g, Rubani Wahit.

ADA BEBERAPA NUANSA SENI ACEH UTARA HINGGA PADA SAAT SEKARANG

1. TARI SEUDATI

Seudati berasal dari kata yahadatin yang mengandung mana pernyataan atau penyerahan diri memasuki agama islam dengan mengucapkan dua kalimasyahadat. Tari Seudati dimainkan oleh 8 orang laki - laki atau 2 orang aneuk syeh (Syahie) yang bertuga mengiringi tarian dengan yair dan lagu. Seluruh gerakan dari eudati berada dibawah pimpinan seorang syeh seudati.
Musik dalam tarian seudati hanya berupa bunyi yang ditimbulkan dari hentakkan kaki kritipan jari penari dan tepukan dada yang diselingi dengan irama syair lagu dari anak. syeh. Didalam tarian seudati jelas tergambar semangat perjuangan dan kepahlawanan serta sikap kebersamaan dan persatuan dengan gerakan lincah dan dinamis.

Tarian seudati pada saat ini selain berfungsi sebagai hiburan rakyat juga merupakan simbol kekayaan seni budaya Aceh Utara sekaligus sebagai media penyampaian pesan - pesan pembangunan kepada masyarakat. Tarian ini juga sering dipertandingkan dikenal dengan istilah Seudati Tunang yang kadang - kadang berlangsung sampai menjelang subuh.

2. TARI POH KIPAH

Tari Poh Kipah merupakan seni tari tradisional Aceh Utara yang menunjukkan gerakan - gerakan memukul kipas dengan rytme yang unik dan mengagumkan. Kipas yang digunakan dalam tarian ini
adalah kipas yang dijalin khusus, terbuat dari pelepa pinang yang terdiri dari 3 atau 4 lapis yang menimbulkan bunyi yang nyaring dengan berbagai tepukan yang bervariasi sesuai dengan irama gerak dan lagu yang dibawakan.Tari Poh Kipah ini mengandung pesan - pesan keagamaan dan pembangunan danlazimnya disajikan pada saat memperingati kelahiran Rasulullah SAW (Maulid Nabi) dan hari besar Islam lainnya.

3. BIOLA ACEH

Kesenian biola ini telah cukup lama berkembang di Aceh Utara, setelah berkembangnya tari seudati, kesenian biola Aceh Utara pada saat ini telah menjadi satu jenis hiburan rakyat yang sangat diminati, kesenian ini dimainkan oleh 3 orang pria, masing - masing 1 orang bertindak sebagai violis yang disebut syeh, sekaligus merangkap sebagai vokalis. dua orang lagi berfungsi sebagai penari dan pelawak yang berperan sebagai linto baro dan dara baro (suami isteri) yang melakukan gerak tari dan banyolan sesuai dengan irama.
Ciri khas kesenian ini adalah tarian, cerita (dialog) dan berbalas pantun dengan ungkapan - ungkapan yang lucu menggelikan dan penuh humor serta warna - warni pakaian yang kontras membuat kesenian ini benar - benar mengasyikkan.

4. RAPAI PASAI (ZIKIR)

Diperagakan dengan alunan syair - syair yang agamais dan sakral dengan komposisi rapai kecil di depan dan rapai ukuran besar digantung dibelakang. Rapai - rapai kecil sebagai pendukung, seluruh permainannya berbaris melengkung dengan pakaian yang khas yang dipimpin oleh seorang khalifah dengan penyajian syair yang sinkron dengan irama tabuhannya.

5. RAPAI DABOH (DEBUS)

Penampilan rapai daboih, titik utamanya adalah pada kemahiran spritual dalam menggunakan senjata tajam dengan berbagai ketangkasan yang cukup menegangkan dan mendebarkan. Pada rapai daboh yang dipertandingkan (Urouh) setiap pihak minimal satu kuru (12 rapai) dan maksimal 5 kuru (60 buah rapai). Pihak - pihak yang bertanding membentuk lingkaran dan diatara kedua pihak dibuat tanda batas. Ditengah - tengah pemain ada seorang khalifah mengangkat tangan tinggi - tinggi, terdengarlah teriakan melengking yang diikuti dengan suara tabuhan, secara serentak, yang dilanjutkan dengan zikee (salam selamat datang).

Pada saat - saat pukulan rapai dimulai cepat, tampilan para pemain debus dengan kemahiran dan keberanian yang cukup tinggi dalam menggunakan senjata tajam dan membakar diri dengan api yang membuat setiap penonton menahan nafas. Apabila ada pemain debus yang mengalami cedera atau luka dalam atraksi tersebut, (karena kesalahan dalam memukul rapai, atau pihak lain yang ingin mencoba ketinggian ilmunya) Khalifah akan segera turun tangan, dengan hanya menyapu bagian yang terluka dengan tangan khalifah, darah akan segera berhenti mengalir dan dengan serta merta luka itupun lenyap seketika.

Pertunjukan bercanda dengan maut ini biasanya berlangsung sampai dini hari atau menjelang subuh.


6. RAPAI LAGEE
Kesenian rapai tradisional ini berasal dari Kandang Kecamatan Muara Dua dan Paya Bakong Kecamatan Matangkuli yang biasanya ditampilkan pada upacara - upacara adat, upacara resmi pemerintah serta pada hari - hari besar Islam dan sebagai hiburan rakyat yang bersifat sosial. Pertunjukan rapai ini dipimpin oleh syeh yang duduk berbaris diantara 12 prang penabuh, dengan pakaian khas rapai yang berwarna kontras. Lagu atau syair yang dibawakan menyerupai syair seudati yang bertujuan untuk membangkitkan semangat patriotisme, persatuan, gotong royong serta diiringi dengan pantun jenaka dan terkadang romantis, namun tetap bernuansa agamais.
Kesenian nasional adalah sebagai puncak kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang kebudayaan didaerah seluruh Indonesia. Kesenian Aceh sudah lahir sejak dahulu kala sejak manusia ada mendiami daerahnya sesuai dengan kehidupannya sehari - hari yang berbudaya dan berkembang sepanjang masa. Daerah Aceh sudah berkembang dengan berbagai macam kebudayaan sejak zaman dahulu kala dan masyarakat pendukungnya. Itu terbukti diseluruh daerah Aceh terdapat berbagai macam kebudayaan daerah diseluruh Aceh baik upacara adat, kesenian, tradisi dan kebersamaan didaerahnya baik pesisir : seperti di Pasai, Pidie, Gayo, Alas, Lahop, Tamiang, Singkil, Tapaktuan, Meulaboh, Simeulu dan lainnya.

Kesenian nasional adalah sebagai puncak kesenian daerah yang tumbuh dan berkembang kebudayaan didaerah seluruh Indonesia. Kesenian Aceh sudah lahir sejak dahulu kala sejak manusia ada mendiami daerahnya sesuai dengan kehidupannya sehari - hari yang berbudaya dan berkembang sepanjang masa. Daerah Aceh sudah berkembang dengan berbagai macam kebudayaan sejak zaman dahulu kala dan masyarakat pendukungnya. Itu terbukti diseluruh daerah Aceh terdapat berbagai macam kebudayaan daerah diseluruh Aceh baik upacara adat, kesenian, tradisi dan kebersamaan didaerahnya baik pesisir : seperti di Pasai, Pidie, Gayo, Alas, Lahop, Tamiang, Singkil, Tapaktuan, Meulaboh, Simeulu dan lainnya.Pertunjukan khas budaya tertentu masih marak menghiasi acara hiburan televisi. Kita tak tahu apakah hiburan tersebut mencapai rating tinggi hingga menggiurkan pengelola televisi untuk terus mempertahankannya. Ataukah memang budaya itu sudah bisa diterima oleh semua kalangan masyarakat dengan timbulnya anggapan bahwa kesenian tersebut memang lebih populer dibandingkan kesenian penjuru tanah air lainnya. Barangkali Aceh memang patut berbangga, piasan tradisional Saman ternyata mampu menyorot mata sejagad karena penampilannya yang unik hingga meraup kekaguman masyarakat dunia, malah ada beberapa turis yang minta diajarkan Saman. Terlebih lagi, decak kagum masyarakat berlipat ganda saat mendengar bahwa penampilan Saman di Turki dilakoni langsung oleh putra terbaik tanah serambi mekkah. Ini patut diancungi jempol tangan dan kaki. Pemda pun langsung naik daun dan mendapat aplause dari pemerintah pusat karena jerih payahnya.

Namun, kita tak boleh larut dalam euforia yang berlebihan. Lupakan sejenak huru-hara kemenangan yang dipersembahan anak-anak negeri ini. Toh, masih banyak pekerjaan rumah khususnya di bidang budaya yang mesti dibenahi. Pertama tentang krisis pembelajaran seni di sekolah. Coba telusuri di pustaka sekolah di penjuru kota Banda Aceh, berapa persen buku panduan yang memuat materi pembejaran seni lokal. Malah kalaupun ada buku paket, subtansinya hanya didominasi oleh kesenian luar, itu pun sebatas konsep. Belum lagi tentang ketersediaan guru seni yang terampil mengajarkan seni lokal. Bisa ditebak pada saat kegiatan sekolah, penampilan yang ditonjolkan adalah konser band, teater, dan musikal. Kalau pun ada penampilan tradisional adalah tari ranup lampuan yang biasanya disajikan untuk mengiringi acara pembuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar